Selesai sudah perjalanan lebih dari 30 tahun Tabloid Bola dalam mengisi informasi olahraga di tanah air, Di bawah naungan PT.Tunas Bola, Penutupan Tabloid Bola adalah murni dari sebuah pertimbangan bisnis. Era digital yang berubah cepat memang sangat mempengaruhi laju bisnis bagi media cetak selain peminatnya yang sudah beralih ke media digital, Pendapatan iklan juga makin menyusut sedangkan biaya produksi dan Operasional juga semakin tinggi.
Beberapa Media Cetak membuat strategi salah satunya dengan cara berkolaborasi dengan media digital mereka sendiri, karena mereka melihat masih ada celah yang bisa diambil dalam menjalankan bisnisnya, mereka melihat masih ada peminat yang tetap memilih media cetak dikarenakan seperti konten yang bisa lebih detail, atau dari segi kenyamanan ada yang merasa membaca media cetak itu lebih nyaman.
Kembali ke tabloid Bola, Ignatius Sunito bersama almarhum Sumohadi Marsis pada 1984 mendapatkan tugas dari Petinggi Kompas Gramedia, Bapak Jakob Oetama, untuk mendirikan Tabloid BOLA yang sempat menjadi sisipan Harian Kompas. pada akhir 90-an BOLA mengalami masa keemasan dengan sempat menembus angka 450 ribu eksemplar namun belakangan menurun menjadi hanya tinggal 20 ribuan saja.
Banyak yang sudah dilakukan manajemen di dalam PT Tunas Bola yang sekarang masih aktif untuk menyelamatkan perusahaan dari sisi bisnis maupun konten, tapi kenyataan jumlah tiras Tabloid BOLA yang terus menurun membuat pilihan sulit ini harus diambil.
Edisi Terakhir dengan Nomor 2.915 yang terbit pada Jumat, 26 Oktober 2018, akan menjadi edisi pamungkas . Pada edisi tersebut, redaksi BOLA telah menyiapkan suguhan spesial. Selain tulisan khas dari para wartawannya. Dalam kolomnya Ignatius Sunito, dengan lugas menyebut tutupnya penerbitan Tabloid BOLA karena “Tergerus Zaman Digitalisasi”.
“Tabloid BOLA menyusul ‘saudara-saudaranya’ yang satu per satu juga sudah berguguran karena kita maklum di era digital ingatan manusia kian pendek. Keberhasilan cabang bulutangkis dan tenis ganda campuran merebut Asian Games 2018 lewat Jonathan Christie dan Christoper Rungkat/Aldila Sutjiadi, misalnya, orang cukup tahu saja melalui TV.
Tidak perlu harus bersusah-susah mencari latar belakang atau kisah masa lalu sang atlet,” tulisnya lagi. selain itu terdapat pula kilas balik dari momen-momen bersejarah olahraga dunia yang diliput.Setelah 34 tahun menemani pencinta olahraga Tanah Air, tabloid BOLA mengucapkan salam perpisahan. dengan menulis kata “Selesai” dan “Terima Kasih” pada cover edisi terakhir.
Terima Kasih sudah menemani pencinta olahraga Tanah Air, dan menjadi bagian dalam Sejarah Media dan Informasi Terima Kasih Atas 34 Tahun Yang menyenangkan.. Bravo Tabloid BOLA.
Discussion about this post